TANGERANG – Transaksi riba merajalela di seluruh lingkungan masyarakat. Tidak terkecuali di rumah-rumah warga yang dekat masjid.
Kondisi masyarakat yang kelaparan dan tempat tinggal yang tak layak juga kerap terjadi tak jauh dari masjid. “Masjid hanya buat pengumuman orang meninggal.Kenapa saat sakit orang tersebut tak diumumkan lalu dijenguk,” sindir Safri Haliding, ekonom syariah saat jadi pembicara pada pelantikan PC DMI (Dewan Masjid Indonesia) Kecamatan Ciledug, Sabtu (27/2/2021).
Safri menilai keberadaan masjid saat ini belum memiliki peran sentral. Masjid baru sebatas dimanfaatkan ibadah shalat. Menjadi ironi karena ada kemaksiatan malah tidak jauh dari masjid.
Padahal peran masjid di zaman Nabi dan Rosullullah pusat ibadah, tempat pendidikan, tempat menggerakan ekonomi umat, dan tempat semua masalah diselesaikan.
Ia mengungkapkan peran masjid selain pusat informasi juga untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Sebab itu, kata Safri, manajemen masjid harus profesional dan pengurus masjid mengetahui karakter jamaahnya. Sehingga bila ada permasalahan dapat dibantu.

Ketua Umum RCC Deri Suandi
Terpisah, Ketua Umum RCC (Riba Crisis Centre) Deri Suandi mengatakan, masyarakat Indonesia sudah terjebak riba akibat terikat lembaga tersebut. Hidupnya bukan dapat kemudahan tetapi tambah sulit.”Hidup tidak nyaman siang malam karena dikejar-kejar cicilan dan bunga bank.Hidup tak ada peningkatan,” katanya.
RCC siap bekerjasama dengan semua lembaga atau badan pemberantas riba. Termasuk DMI ini. Bila bekerjasama akan efektif memberantas riba di masyarakat. Apalagi DMI bisa mengembalikan peran masjid dalam mensejahterakan umat.(is)