Diceritakan tentang Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib, cucu Rasulullah SAW, putra Fatimah Azzahra. Hasan adalah Saudara kandung dari Husein Bin Ali Bin Abi Thalib. Keduanya adalah Bau Harumnya Surga.
Di masa Kekhalifahan Mu’awiyah, pernah di saat itu seorang Hasan kekasih rasulullah diberikan ujian berat selama bertahun-tahun oleh Allah SWT yg ujian itu adalah KEMELARATAN/KEMISKINAN/KESUSAHAN HARTA. Hidup di dunia yang sangat berat bahkan hendak makan pun sulit (tidak ada). Lapar dialami sehari-hari.
Hasan bersabar bertahun-tahun sebab Khalifah Mu’awiyah pun juga belum membayar ukhro/gaji-nya yang totalnya sudah senilai 1500 Dirham. Sampai di suatu ketika, Hasan merasa sudah maksimal bertahan hidup, dia pun berkehendak menulis surat kepada sang Khalifah.
Ia pun mulai menulis surat, namun hatinya pun merasa sungkan jika surat itu betul-betul nanti dibaca oleh khalifah.
Rasa malu yang luar biasa padahal hendak meminta haknya, sungguh sifat asli Muslim Sejati. Tidak rakus, malu, & menghormati orang lain meskipun hendak meminta haknya sendiri.
Pada kondisi bimbang, Hasan tertidur. Dan dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan kakeknya yaitu Rasulullah SAW (diceritakan di beberapa hadits shohih bahwa jika bermimpi bertemu Rasulullah maka itu adalah nyata, karena Iblis & para setan tidak mampu menyerupai wajah/fisik beliau). Pada kesempatan itu, Hasan pun bercerita & berkeluh kesah kepada kakeknya tercinta. Ia betul-betul sedih yang sangat sedih. Lalu rasulullah pun nasehat, yg isi nasehatnya sngt mengejutkan.
“Wahai Hasan, apakah kamu bergantung kepada selain Allah? padahal Allah lah tempat bergantung yg sesungguhnya. Wahai Hasan, apakah kamu berharap kepada selain Allah? Kenapa kamu meminta kepada selain Allah, padahal Allah-lah tempat meminta.”
Sangat mengejutkan, Rasulullah tidak menyuruh Hasan protes kepada Khalifah, tapi justru menasehati agar Hasan bersabar & hanya memberikan harapan kepada Allah semata. Kemudian Rasulullah memanqulkan (mengajari) doa kepada Hasan yang maknanya kurang lebih sebagai berikut:
“Yaa Allah, penuhilah hatiku dengan harapan hanya kepada-Mu. Dan tutuplah setiap hal yang bisa membuatku berharap pada selain Engkau. Yaa Allah, jadikan aku hanya bergantung kepada-Mu & tutuplah setiap hal yang bisa membuatku bergantung kepada selain Engkau. Yaa Allah, penuhilah dadaku dengan keyakinan bahwa hanya Engkaulah yang menolongku, yang mengabulkan harapan-harapanku. Tidak ada yg lain”.
Hasan pun terbangun dari tidurnya, ia membatalkan niat berkirim surat kepada sang khalifah. Ia pun memperbanyak doa yang telah diajari oleh Rasulullah. Menata hatinya hanya bergantung & berharap kepada Allah saja. Terus menerus ia berdoa dengan keyakinan penuh bahwa doanya pasti dikabulkan oleh Allah. Seorang cucu Rasulullah pun diberikan ujian berat yang berupa kemiskinan harta. Namun dengan sabar ia menjalani. Hingga seminggu kemudian, setelah Hasan terus menerus berdoa penuh keyakinan, datanglah seorang utusan menghadap kepada Hasan Bin Abi Thalib, utusan tersebut menyerahkan sejumlah uang senilai 1,5 juta Dirham.
Maa Syaa Allah, Allah selalu memberikan kejutan luar biasa kepada setiap Hamba-Nya yang bergantung hanya kepada-Nya. Yang ridho menjalani setiap ujian-Nya meskipun sangat berat. Bukan perkara nilai uang yg diberi Allah melebihi dari kebutuhannya Hasan, tapi pertolongan Allah yang harus diyakini setiap saat. Dan Allah selalu menolong dengan caraNya. Selama seorang hamba selalu bersabar dan hanya berharap kepadaNya. Mengingat sebuah hadits yg berbunyi
“Barang siapa dicintai Allah & akan diberikan kebaikan, maka (terlebih dahulu) akan diberikan musibah kepadanya”.
Maka, setiap kita susah & selama masih beriman kepada Allah & RasulNya maka itu berarti kita masih dicintai oleh Allah.
Kesedihan Hasan pun diganti oleh kebahagiaan. Allah tidak memberinya sesuai keinginannya yaitu 1500 Dirham, tapi Allah memberinya yang jauh lebih baik & sempurna yaitu 1,5 juta Dirham.
==============
Betapa cintanya Allah kepada kita & kepada orang-orang beriman sekalian. Sehingga Alhamdulillah, Allah masih memberikan ujian yang berat kepada kita. Bagaimanapun susahnya hidup kita, Allah masih memberi nikmat yang sempurna yang disebut HIDAYAH. Dengan hidayah itulah berarti Allah masih mencintai (merahmati) kita, siapakah orang yg tidak bahagia dicintai oleh Tuhannya?
Maka berhentilah berharap kepada selain Allah.
Maka jangan lagi bergantung kepada selain Allah.
Maka yakinlah 100% hanya kepada Allah, bahwa Allah PASTI mengabulkan doa kita bahkan menggantinya dengan yang lebih baik & sempurna.
Maka cukuplah mencintai Allah dengan sempurna, maka Allah akan mencintai kita lebih sempurna & memberikan cinta-cinta yang sempurna untuk kita.
Tetaplah bersabar wahai orang2 yg beriman kepada Allah, Rasulullah, & Hari Akhir.
وَٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ وَإِنَّہَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلۡخَـٰشِعِينَ
“Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan Shalat; Dan sesungguhnya hal itu sungguh berat, kecuali atas orang-orang yang merendahkan diri.” (Q.S. 2 / Al Baqarah : 46).
ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّہُم مُّلَـٰقُواْ رَبِّہِمۡ وَأَنَّهُمۡ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ
“Orang-orang yang yakin bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan mereka dan bahwa kepada-Nya juga mereka akan kembali. (Q.S. 2 / Al Baqarah : 47).
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman ! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan Shalat; sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2 / Al Baqarah : 154).
أُوْلَـٰٓٮِٕكَ عَلَيۡہِمۡ صَلَوَٲتٌ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٌۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ
yakni, “Mereka itulah yang dilimpahi berbagai berkah dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah yang mendapat petunjuk.(Q.S. 2 / Al Baqarah : 158)
Note :
Jika mencintai manusia, belum tentu cintamu dibalas dengan sempurna. Namun jika bisa mencintai Allah sepenuh hatimu, DIA pasti membalasmu dengan cinta-cinta yang luar biasa & sangat sempurna. Allah mencintai Hamba-Nya dengan cara-Nya meskipun kadang terasa pedih & menyakitkan.
Sumber : Rangkuman nasehat oleh Ust. Fuad Bin KH. Kasmudi Assiddiqi yg menimba Ilmu Agama di Makkah.